Wujudkan Kampus Ramah Gender dan Disabilitas, DEMA UIN KHAS Jember Gelar Forum “Mahasiswa Bersuara”

Jember – Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember menggelar forum “Mahasiswa Bersuara” sebagai bentuk respons terhadap isu-isu kesetaraan dan inklusi di lingkungan kampus. Acara ini berlangsung pada Kamis (12/06) di Gedung Kuliah Terpadu (GKT) lantai II dan dihadiri oleh puluhan mahasiswa lintas program studi.

Forum ini merupakan bagian dari program kerja DEMA U yang bertujuan membangun ruang dialektika akademik di luar ruang kelas, sekaligus menjadi wadah penyampaian aspirasi mahasiswa terkait isu-isu kampus, lokal, hingga nasional. Salah satu isu utama yang diangkat dalam forum kali ini adalah tentang Kampus Ramah Gender dan Disabilitas.

Dalam sambutannya, Presiden Mahasiswa UIN KHAS Jember, Zainul Ansori, menegaskan pentingnya membangun kampus inklusif yang adil bagi seluruh sivitas akademika. “Ini bukan sekadar soal akses, tapi tentang keadilan dan pemberdayaan. Inklusi bukan belas kasih, tapi hak dan keharusan,” tegas Zainul di hadapan para peserta forum.

Turut hadir dalam acara ini, Wakil Rektor III Universitas PGRI Argopuro Jember sekaligus praktisi isu disabilitas, Bapak Asrorul Mais, S.T., S.Pd., M.Pd., sebagai narasumber utama. Dalam paparannya, ia menyampaikan bahwa paradigma terhadap disabilitas perlu diubah. “Disabilitas itu tidak ada. Yang ada hanyalah tirani mayoritas terhadap minoritas. Manusia seharusnya dinilai dari kualitas dan kontribusinya kepada sesama, bukan semata-mata dari casing atau penampilan fisik,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Asrorul juga menekankan pentingnya penyediaan fasilitas pendukung bagi mahasiswa difabel agar mereka dapat mengakses pendidikan dengan setara dan bermartabat. “Kampus harus menjadi ruang aman dan nyaman bagi semua kalangan. Inklusivitas bukan pilihan, tapi kewajiban,” tambahnya.

Isu ini, menurut DEMA U, muncul dari keresahan mahasiswa yang selama ini disuarakan oleh berbagai lembaga mahasiswa di bawah naungan DEMA Universitas. Aspirasi yang dihimpun menunjukkan bahwa banyak fasilitas kampus masih belum sepenuhnya ramah bagi mahasiswa difabel maupun mahasiswa dari kelompok gender rentan, terutama perempuan.

Rektor UIN KHAS Jember, Prof. Dr. Hepni, S.Ag., M.M., dalam sambutan pembukanya juga memberikan dukungan penuh terhadap inisiatif ini. “Kampus ramah gender dan disabilitas saat ini menjadi tuntutan global. Ini bukan hanya soal mengikuti tren, tapi bagian dari komitmen akademik kita dalam membentuk masyarakat yang adil dan setara,” ujar Prof. Hepni.

Ia juga menekankan bahwa ketersediaan sarana aksesibilitas yang memadai bagi mahasiswa difabel akan menjadi salah satu indikator penting dalam penilaian akreditasi kampus. “Sudah seharusnya kampus memiliki fasilitas seperti pendampingan khusus, ruang kuliah yang mudah diakses, serta kebijakan yang berpihak pada kelompok rentan,” imbuhnya.

Para peserta forum yang berasal dari perwakilan setiap fakultas turut menyampaikan keluhan dan usulan mereka. Permasalahan yang diangkat pun beragam, mulai dari aksesibilitas gedung, ketiadaan toilet ramah difabel, hingga kurangnya pendampingan bagi korban kekerasan berbasis gender.

Forum ini diharapkan dapat menjadi ruang awal untuk memperkuat sinergi antara mahasiswa dan pihak kampus dalam mewujudkan lingkungan belajar yang inklusif dan adil. DEMA UIN KHAS Jember juga menegaskan bahwa forum “Mahasiswa Bersuara” akan menjadi program berkelanjutan yang secara aktif merespons berbagai isu strategis ke depan.

“Forum ini bukan akhir, tapi langkah awal. Kita ingin membangun budaya kampus yang mendengar dan bertindak,” pungkas Zainul Ansori.

Dengan berlangsungnya kegiatan ini, mahasiswa UIN KHAS Jember berharap adanya tindak lanjut nyata dari kampus, baik dalam bentuk regulasi, layanan, maupun fasilitas fisik yang ramah terhadap semua golongan tanpa diskriminasi.

Penulis : Izati Qurota Aini

Editor : Roni Ali Rahman